10/07/2007

......

Aku menyaksikan fajar.
Awalnya langit sangat hitam, sangat pekat, seolah alam tidak sudi lagi dikenali.
Lantas fajar menggulung malam. Pendar cahaya jingga merembes menyalami cakrawala, pelan-pelan mereka naik ke langit sebagai sebuah daya raksasa, begitu megah dan indah.
Aku mengerti mengapa pada jaman dahulu mereka memuja matahari sebagai dewa. Percintaannya dengan langit dan bumi adalah lukisan paling mempesona yang aku saksikan di kanvas semesta.
Manusia tidak sanggup menciptanya, bahkan untuk sekedar merangkumnya dalam pesona yang sama.

Aku menyaksikan fajar, dan masa lalu menyerbu setiap detak jantungku. Kami adalah anak-anak alam, yang mencintai desau angin dan terbiasa memandang cakrawala. Itu fajar yang sangat indah. lelehan cahaya menggenang di permukaan laut dan melumuri kaki langit. Titik-titiknya bertebaran dalam kilauan ritmis, bagai berjuta peri kecil bersayap jingga menari di penjuru samudera dan udara, menyeru keagungan asma Sang Pencipta.

Aku adalah saksi, yang begitu dicintai-Nya sehingga masih diizinkan menatapi keajaiban ini.
Aku adalah hamba, tidak lebih dari titik kecil pigmen jingga yang menyusun warna sang surya
Aku adalah pecinta, dan aku jatuh cinta kepada Semesta Alam.

Tidak ada komentar: